RADARNTT, Kalabahi – Bahasa ìbu (daerah) adalah ciri
khas kehidupan dan identitas suatu individu atau komunitas tertentu yang harus
dijaga dan dilestarikan. Agar tidak punah dan hilang tergerus arus jaman.
Kabupaten Alor sebagai salah satu daerah yang unik di
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), karena memiliki bahasa ibu yang sangat
beragam bisa mencapai empat puluhan bahasa.
Salah satu bahasa daerah yang digunakan luas adalah
bahasa Abui, bahasa Abui digunakan di tiga kecamatan yaitu, Mataru, Alor Tengah
Utara, Alor Barat Daya dan sebagian Lembur dan Alor Selatan.
Salah satu semboyan masyarakat Abui yang sangat
terkenal adalah Tara Miti Tomi Nuku, semboyan ini masih dikenal sampai saat ini
dan menjadi spirit bagi genarasi muda.
“Namun, dalam penulisan semboyan ini sering dijumpai
banyak kesalahan. Sering orang menulis Taramiti Tominuku, ini salah dan perlu
diluruskan agar tidak terbawa terus hal yang salah”, kata Danil Lanma via
massangger Senin, (13/11/2017).
Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris UKAW Kupang ini
menjelaskan, secara etimologis kalimat tersebut terdiri dari empat suku kata
dengan arti sebagai berikut; Tara = Beda/Perbedaan, Miti = Duduk/Kedudukan,
status sosial maupun sejenisnya, Tomi = Hati/Dalam Hati, dan Nuku = Satu.
“Sehingga penulisan yang benar adalah Tara Miti Tomi
Nuku, yang berarti, berbeda-beda kedudukan atau status sosial tapi kita tetap
satu hati sebagai manusia, orang Abui, Alor, NTT dan Indonesia”, kata Danil
Lanma.
Ia menegaskan, secara pribadi dia tidak sepakat
semboyan ini ditulis gabung seperti, Taramiti Tominuku. Hampir di setiap
tulisan, kata Danil Lanma, baik itu komentar maupun status di sosial media yang
menggunakan semboyan ini, terlihat kata-kata itu ditulis gabung.
“Saya mau beri tahu bapak, mama, kakak, adik, basodara
semua teristimewa orang Alor. Saya sangat kesal ketika melihat yang posting
adalah orang Alor tapi salah menuliskan kata semboyan Abui ini”, tegas Danil
Lanma.
Ia berharap agar orang lokal sendiri belajar baik-baik
supaya tidak salah lagi. “Saya takut nanti orang Ceko, Yunani, Belanda dan
Amerika yang datang ajar kita tentang bahasa daerah, pungkas Danil Lanma.
(Yolf/RN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar