Minggu, 10 Desember 2017

TARA MITI TOMI NUKU, ABUI MASA KINI YANG HIDUP

RADARNTT, Kalabahi – Bahasa ìbu (daerah) adalah ciri khas kehidupan dan identitas suatu individu atau komunitas tertentu yang harus dijaga dan dilestarikan. Agar tidak punah dan hilang tergerus arus jaman.

Kabupaten Alor sebagai salah satu daerah yang unik di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), karena memiliki bahasa ibu yang sangat beragam bisa mencapai empat puluhan bahasa.

Salah satu bahasa daerah yang digunakan luas adalah bahasa Abui, bahasa Abui digunakan di tiga kecamatan yaitu, Mataru, Alor Tengah Utara, Alor Barat Daya dan sebagian Lembur dan Alor Selatan.

Salah satu semboyan masyarakat Abui yang sangat terkenal adalah Tara Miti Tomi Nuku, semboyan ini masih dikenal sampai saat ini dan menjadi spirit bagi genarasi muda.

“Namun, dalam penulisan semboyan ini sering dijumpai banyak kesalahan. Sering orang menulis Taramiti Tominuku, ini salah dan perlu diluruskan agar tidak terbawa terus hal yang salah”, kata Danil Lanma via massangger Senin, (13/11/2017).

Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris UKAW Kupang ini menjelaskan, secara etimologis kalimat tersebut terdiri dari empat suku kata dengan arti sebagai berikut; Tara = Beda/Perbedaan, Miti = Duduk/Kedudukan, status sosial maupun sejenisnya, Tomi = Hati/Dalam Hati, dan Nuku = Satu.

“Sehingga penulisan yang benar adalah Tara Miti Tomi Nuku, yang berarti, berbeda-beda kedudukan atau status sosial tapi kita tetap satu hati sebagai manusia, orang Abui, Alor, NTT dan Indonesia”, kata Danil Lanma.

Ia menegaskan, secara pribadi dia tidak sepakat semboyan ini ditulis gabung seperti, Taramiti Tominuku. Hampir di setiap tulisan, kata Danil Lanma, baik itu komentar maupun status di sosial media yang menggunakan semboyan ini, terlihat kata-kata itu ditulis gabung.

“Saya mau beri tahu bapak, mama, kakak, adik, basodara semua teristimewa orang Alor. Saya sangat kesal ketika melihat yang posting adalah orang Alor tapi salah menuliskan kata semboyan Abui ini”, tegas Danil Lanma.


Ia berharap agar orang lokal sendiri belajar baik-baik supaya tidak salah lagi. “Saya takut nanti orang Ceko, Yunani, Belanda dan Amerika yang datang ajar kita tentang bahasa daerah, pungkas Danil Lanma. (Yolf/RN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar